Sabtu, 19 Januari 2008

Terbaru Masih Adakah Sebutan Suporter Terbaik, Tersuportif Dan Terkreatif Di Negeri Ini ?

Sesaat sesudah kejadian tragis amuk suporter September 2006, atau yang dikenal dengan Asu Emper. Hampir semua mailing list dan lembaga - lembaga diskusi di dunia maya, menghakimi bahwa Bonek merupakan biang kerok kerusuhan sepak bola di Indonesia. Memang sih tidak semua orang berpandangan tersebut dalam opininya di lembaga ataupun milis, pendapat - pendapat negatif itu tiba memang dari orang - orang yang berdasarkan aku pengetahuan sepak bola nasionalnya terbatas. Orang - orang yang sedikit ngerti dan yang tahu banyak perihal sepak bola nasional ketika itu lebih banyak menyikapi dilema tersebut dari segala sisi, termasuk juga ada yang menyampaikan bahwa bencana tersebut merupakan buah dari training kompetisi yang amburadul.

Nah, kini pandangan dari satu sisi yang menghakimi Bonek sebagai biang keladi keributan di sepak bola nasional, kini telah terjawab. Apakah hanya bonek saja yang selama ini selalu bikin ribut, ricuh dan rusuh ketika pertandingan ? Cobalah cermati, bagaimana anarkisnya kelompok suporter Jakarta yang menamakan diri The Jakmania, ketika timnya jelas-jelas kalah (tanpa adanya faktor pemicu dari keputusan wasit) dari tim mutiara timur, Persipura Jayapura di ajang semifinal Copa Indonesia beberapa hari lalu. Bahkan tidak hanya anarkis, bentuk-bentuk perilaku rasisme juga ditunjukan oleh anak - anak Jakarta yang notabene pendidikannya lebih maju dari pada masyarakat Indonesia timur. Nah, apakah perilaku ibarat itu lebih berbudi dari pada Bonek ?


Belum hilang dari ingatan kita akan insiden tersebut, eh kelompok suporter yang selama ini dianggap selalu yang terbaik, terkreatif, tersuportif, dan ter-ter yang kasatmata lainnya, Aremania malah mengamuk dengan merusak "rumah" tetangganya stadion dan kota Kediri. Saya sesungguhnya juga heran dengan perhiasan yang selalu kasatmata buat Aremania, padahal bila kita ingat diera 90-an ada pemain Persebaya yang matanya buta jawaban kepingan beling bus yang diketapel Aremania. Belum lagi hingga kini dengan tetangga dekatnya (Sakeramania - kelompok suporter Persekabpas Pasuruan) saja Aremania selalu bentrok. Lantas dari mana nilai - nilai ter-ter itu ?


Terbaru Masih Adakah Sebutan Suporter Terbaik, Tersuportif Dan Terkreatif Di Negeri Ini ?

Sesaat sesudah kejadian tragis amuk suporter September 2006, atau yang dikenal dengan Asu Emper. Hampir semua mailing list dan lembaga - lembaga diskusi di dunia maya, menghakimi bahwa Bonek merupakan biang kerok kerusuhan sepak bola di Indonesia. Memang sih tidak semua orang berpandangan tersebut dalam opininya di lembaga ataupun milis, pendapat - pendapat negatif itu tiba memang dari orang - orang yang berdasarkan aku pengetahuan sepak bola nasionalnya terbatas. Orang - orang yang sedikit ngerti dan yang tahu banyak perihal sepak bola nasional ketika itu lebih banyak menyikapi dilema tersebut dari segala sisi, termasuk juga ada yang menyampaikan bahwa bencana tersebut merupakan buah dari training kompetisi yang amburadul.

Nah, kini pandangan dari satu sisi yang menghakimi Bonek sebagai biang keladi keributan di sepak bola nasional, kini telah terjawab. Apakah hanya bonek saja yang selama ini selalu bikin ribut, ricuh dan rusuh ketika pertandingan ? Cobalah cermati, bagaimana anarkisnya kelompok suporter Jakarta yang menamakan diri The Jakmania, ketika timnya jelas-jelas kalah (tanpa adanya faktor pemicu dari keputusan wasit) dari tim mutiara timur, Persipura Jayapura di ajang semifinal Copa Indonesia beberapa hari lalu. Bahkan tidak hanya anarkis, bentuk-bentuk perilaku rasisme juga ditunjukan oleh anak - anak Jakarta yang notabene pendidikannya lebih maju dari pada masyarakat Indonesia timur. Nah, apakah perilaku ibarat itu lebih berbudi dari pada Bonek ?


Belum hilang dari ingatan kita akan insiden tersebut, eh kelompok suporter yang selama ini dianggap selalu yang terbaik, terkreatif, tersuportif, dan ter-ter yang kasatmata lainnya, Aremania malah mengamuk dengan merusak "rumah" tetangganya stadion dan kota Kediri. Saya sesungguhnya juga heran dengan perhiasan yang selalu kasatmata buat Aremania, padahal bila kita ingat diera 90-an ada pemain Persebaya yang matanya buta jawaban kepingan beling bus yang diketapel Aremania. Belum lagi hingga kini dengan tetangga dekatnya (Sakeramania - kelompok suporter Persekabpas Pasuruan) saja Aremania selalu bentrok. Lantas dari mana nilai - nilai ter-ter itu ?